Sejarah Singkat dan Makna Idul Adha

Share on:

Facebook
X
WhatsApp
Ilutrasi Idul Adha (dok. Istimewa)

WWW.CONDONG.IDTasikmalaya – Idul Adha merupakan salah satu hari besar Islam. Pada hari raya Idul Adha terdapat peristiwa bersejarah yang luar biasa. Peristiwa ini akhirnya dijadikan tuntunan umat Islam dalam hidup dan beramal ketika didunia.

Hari raya Idul Adha merupakan peringatan akan peristiwa kurban yakni ketika nabi Ibrahim bersedia untuk mengorbankan puteranya nabi Ismail. Hal tersebut dilakukan oleh beliau sebagai bentuk kepatuhannya terhadap perintah Allah SWT.

Memahami sejarah kurban bukan sekedar mengenang masa lalu, melainkan menghidupkan kembali nilai-nilai ketauhidan, kesabaran, dan pengorbanan dalam kehidupan modern. Dengan memahami akar sejarahnya, kita dapat meneladani makna terdalam dari penyembelihan hewan kurban, bukan hanya sebagai ritual, tetapi sebagai bentuk penghambaan.

Kisah atau sejarah ibadah kurban berawal dari peristiwa Nabi Ibrahim yang akan menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail. Kemudian disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang mempersiapkan umat islam untuk menyembelih kurban di Hari Raya Idul Adha.

Diceritakan bahwa Nabi Ibrahim tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu ia berdoa kepada Allah SWT:

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang saleh”. (QS Ash-Shafaat [37]:100)

Kemudian Allah memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya seorang anak yang sabar. Dialah Ismail, yang dilahirkan oleh Hajar. Menurut para ahli sejarah, Nabi Ismail lahir ketika Nabi Ibrahim berusia 86 tahun.

Setelah beberapa waktu kemudian Ismail beranjak remaja, Allah kembali menurunkan kembali wahyunya kepada Nabi Ibrahim, peristiwa ini diabadikan dalam surah Ash-Shafaat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur mampu), Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’” (QS Ash-Shafaat [37]: 102)

Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Allah. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِسْمٰعِيْلَ ۖ اِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا

“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) didalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi” (QS Maryam [19] : 54)

Atas persetujuan anaknya itu Nabi Ibrahim akhirnya membaringkan Ismail untuk disembelih, karena keteguhan, ketaatan, dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu, Allah SWT akhirnya menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba besar. Wallahu a’lam [Salman A, Ardan Ali, Zimam M].

*Tulisan ini merupakan terbaik 3 dalam lomba KTI Festival Musik Islami 1446 H

[custom_views]

Share on :

Facebook
X
WhatsApp