
WWW.CONDONG.ID,Pesantren Condong-Pada acara Evaluasi Penilaian Akhir Tahun (PAT) yang berlangsung pada Ahad (29/6) di Pesantren Condong, Dr. Drs. KH . Mahmud Farid’ M.Pd. menyampaikan tausiah yang penuh makna tentang pentingnya rasa syukur dalam meraih kesuksesan, khususnya dalam bidang pendidikan. Menurut beliau, kesuksesan seorang pelajar bukan hanya diukur dari nilai akademik semata, tetapi dari seberapa besar rasa syukur yang ia tanamkan dan wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Syukur inilah yang menjadi kunci pembuka keberkahan dan pertolongan Allah dalam setiap langkah perjalanan menuntut ilmu.
Ustaz Mahmud Farid menjelaskan bahwa bersyukur bukan hanya sekadar ucapan di lisan, melainkan harus terlihat nyata dalam perbuatan dan gerak seluruh anggota tubuh. Lisan yang bersyukur selalu mengucap “Alhamdulillah” dalam segala keadaan, baik saat mendapatkan nikmat maupun ketika menghadapi ujian. Perbuatan yang bersyukur tercermin dari akhlak yang baik, disiplin dalam belajar, serta semangat dalam menuntut ilmu. Adapun anggota tubuh yang bersyukur adalah ketika ia digunakan untuk ketaatan, seperti melaksanakan shalat di awal waktu, membaca Al-Qur’an, berzikir, serta menjalankan berbagai amal ibadah lainnya.
Beliau menekankan bahwa syukur adalah bentuk pengakuan seorang hamba atas karunia Allah, dan hal itu akan mendatangkan keberkahan yang lebih besar. Allah telah menjanjikan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Ayat ini menjadi penegas bahwa setiap rasa syukur yang tulus akan dibalas dengan tambahan nikmat, baik berupa kemudahan dalam belajar, kekuatan dalam ibadah, maupun kejernihan hati dalam menjalani hidup.
Di akhir tausiahnya, Ustaz Mahmud Farid mengajak seluruh santri untuk menjadikan syukur sebagai karakter dan prinsip hidup. Dengan bersyukur, hati menjadi lapang, ilmu menjadi berkah, dan kehidupan akan lebih bermakna. Sebaliknya, orang yang kufur terhadap nikmat Allah hanya akan terjerumus dalam kesempitan dan azab yang pedih, baik di dunia maupun di akhirat. Tausiah ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap capaian, sekecil apa pun, selalu ada ruang untuk bersyukur dan memperbaiki diri agar terus berjalan di jalan Allah SWT.b[]