
WWW.CONDONG.ID, TASIKMALAYA – Di tengah hiruk pikuk rumah sakit, di antara desis monitor dan langkah kaki perawat yang sigap, ada kisah tentang pengabdian yang lahir dari sebuah pondok pesantren. Dialah dr. Muhammad Iqbal, seorang dokter muda, alumni SMA Terpadu Riyadlul Ulum Condong tahun 2010, yang kini tengah berjuang meraih gelar spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Universitas Padjadjaran. Kisahnya bukan sekadar perjalanan akademis, melainkan perpaduan antara dedikasi pada ilmu medis dan akar spiritual yang kuat, ditempa di Pondok Pesantren Condong.
Saat ini, hari-hari dr. Iqbal diwarnai kesibukan yang padat. Ia sedang menggarap tugas akhir dan mempersiapkan diri untuk ujian board nasional kolegium dokter spesialis ilmu penyakit dalam, sebuah gerbang menuju puncak penguasaan ilmu. Namun, di sela-sela itu, ia tetap setia merawat pasien di bangsal dan membimbing teman-teman juniornya yang baru memulai residensi. Sebuah gambaran utuh tentang seorang dokter yang tak hanya belajar, tapi juga mengabdi.
Di tengah-tengah kesibukannya dalam menyelesaikan studi spesialisnya, dr. Iqbal berkenan untuk diwawancarai oleh kru Condong.Id, Syahrul, seperti yang terangkum dalam tulisan ini. Selamat menikmati.

Ketika Panggilan Hati Memilih Jalur Medis
Apa yang menggerakkan Iqbal muda untuk memilih jalan yang menuntut pengorbanan ini? “Motivasi utama tentunya ingin menjadi manusia bermanfaat dan upgrade diri untuk bisa mengembangkan ilmu yang saya punya sebelumnya,” ungkapnya, sorot matanya memancarkan ketulusan. Ia menyadari betul bahwa keahliannya sangat dibutuhkan, terutama di rumah sakit tempat ia bernaung. Dorongan untuk berkontribusi inilah yang membuatnya kembali duduk di bangku pendidikan, mendalami ilmu yang tak pernah berhenti berkembang.
Dr Iqbal adalah sosok yang cerdas. Ketika SMA, dia beberapa kali mengikuti lomba eksternal seperti siswa berpretasi tingkat kota dan Olimpide Sains Nasional. Buah ketekunannya, dia diterima di tiga perguruan tinggi yang berbeda, Fisika UPI, Pendidikan Dokter UIN Jakarta, dan Pendidikan Dokter UNPAD. Setelah bermusyawarah dengan orang tua, dia memilih yang terakhir karena akreditasi prodi yang lebih unggul dan dibantu dengan beasiswa BIDIKMISI.
Akar Condong yang Menancap Kuat
Fondasi karakter dr. Iqbal tak lepas dari didikan di Pondok Pesantren Condong. “Di Pondok, kami sering dididik untuk menjadi manusia berguna di mana pun bidang kita selanjutnya,” kenang dokter yang menamatkan studi dokter umumnya di FK Unpad tahun 2016 ini. Filosofi ini telah menjadi kompas baginya, menuntun setiap langkah di dunia medis yang seringkali penuh tekanan.
Bahkan kini, nilai-nilai luhur dari pesantren masih menjadi pegangan teguh. Kebermanfaatan, mujahadah (bersungguh-sungguh), istiqamah (konsisten), dan selalu berprasangka baik pada ketetapan Allah SWT – inilah pilar-pilar yang menopang jiwanya. Ini bukan sekadar teori, melainkan praktik nyata yang membimbingnya dalam menghadapi setiap keputusan medis yang sulit.
Merajut Iman dan Ilmu di Ruang Diagnosa
Dunia kedokteran, bagi dr. Iqbal, adalah medan pengabdian yang sangat dekat dengan takdir. “Profesi ini sangat dekat dengan kematian, sehingga perlu pemahaman kepada pasien dan keluarga,” jelasnya. Ada momen-momen ketika seorang dokter menjadi penentu harapan, menghadapi pilihan berat di masa kritis pasien. Dalam situasi inilah, Iqbal bersandar pada spiritualitasnya.
“Sebagai seorang muslim dan juga dokter, saya tetap memberikan pelayanan terbaik, namun tetap memberikan ketetapan yang terbaik bagi pasien dan keluarga dengan segala kemungkinan yang ada,” ujarnya. Ia bahkan tak jarang menjadi sosok terakhir yang berada di sisi pasien yang sakaratul maut, memberikan bimbingan dan talkin. Sebuah pemandangan langka, di mana ilmu dan iman berpadu membentuk pelayanan kemanusiaan yang paripurna.
Tekanan dunia medis yang mencekik tak lantas menggoyahkan mentalnya. Justru, bekal dari pesantren menjadi tameng. “Kehidupan di pesantren merupakan miniatur kehidupan yang sebenarnya di luar,” katanya. Pondok telah menyiapkan ia untuk menghadapi segala kemungkinan, membekalinya dengan ketahanan mental dan spiritual yang tak ternilai harganya.
Asa untuk Sang Penerus dan Titipan dari Orang Tua
Untuk para santri yang sedang merajut mimpi menjadi dokter atau profesional di bidang lain, dr. Iqbal punya pesan yang dalam. “Semua profesi sama baiknya asalkan dibarengi dengan niat baik dan mengharap ridho Allah SWT.” Ia menekankan pentingnya keyakinan yang teguh, usaha yang pantang menyerah, istiqamah dalam setiap langkah, dan selalu menyertakan Allah SWT. “Semua memang terasa berat dalam pendidikannya, namun akan terasa manis ketika semua terlewati dan bisa melihat senyuman yang terbaik dari pasien yang kita rawat saat kita sudah bekerja nanti,” imbuhnya, suaranya penuh optimisme.
Apa yang membuat Pondok Pesantren Condong berbeda? Menurut dr. Iqbal, pesantren ini selalu memberikan ruang dan kesempatan bagi santrinya untuk terus berkembang di bidang apapun yang diminati. Lebih dari itu, Condong menanamkan tawadhu’ (rendah hati) dan penghormatan kepada para asatidz, sebuah nilai luhur yang kini kian langka di dunia luar. Ia menutupnya dengan pepatah bijak, “Knowledge is power, but Character is more,” sebuah pengingat akan esensi sejati dari pendidikan.
Kepada para orang tua yang sedang mempertimbangkan Condong sebagai tempat pendidikan anak-anak mereka, dr. Iqbal mengulang kembali nasihat para mudir ma’had: TITIP – Tega, Ikhlas, Tawakal, Ikhtiar, dan Percaya. “Ini dilakukan dari semua aspek, yaitu dukungan moril dan materiil, sehingga proses pendidikan anaknya bisa berjalan dengan baik,” jelasnya. Ia percaya, dengan itu, rezeki orang tua pun akan dimudahkan. Lebih dari sekadar cita-cita duniawi, yang terpenting adalah membentuk manusia yang bermanfaat dan selalu diberikan ruh semangat pengabdian hanya karena Allah SWT.
Kisah dr. Muhammad Iqbal adalah bukti hidup bahwa pendidikan pesantren bukan sekadar tembok pembatas, melainkan landasan kuat untuk mengarungi samudra kehidupan. Ia bukan hanya seorang dokter yang menyembuhkan fisik, melainkan juga seorang hamba yang mengabdi, membawa cahaya taqwa ke setiap ruang operasi. []