
Perang Salib adalah salah satu konflik agama terbesar dalam sejarah dunia, yang terjadi antara umat Islam dan Kristen, dengan tujuan utama merebutkan Yerusalem, yang dianggap suci oleh kedua agama. Perang ini dimulai setelah pidato bersejarah dari Paus Urbanus II pada tahun 1095 dalam sidang Konsili Clermont. Perang Salib berlangsung selama beberapa abad, mulai dari abad ke-11 hingga abad ke-13.
Latar belakang dari terjadinya Perang Salib termasuk kekalahan Kekaisaran Bizantium dalam perang Yarmuk, yang memang menyebabkan Palestina berada di bawah kendali umat Islam, namun perang Yarmuk itu terjadi pada tahun 636 M, jauh sebelum Perang Salib dimulai. Kekalahan ini menandai berakhirnya pengaruh Bizantium di wilayah tersebut dan berdampak pada penguasaan wilayah oleh pasukan Muslim.
Setelah itu, hubungan politik, perdagangan, dan toleransi antara negara-negara Arab dan Kristen Eropa mengalami pasang surut. Pada tahun 1071, Kekaisaran Seljuk mengalahkan pasukan Bizantium dalam Pertempuran Manzikert, yang menyebabkan mereka mengambil alih wilayah besar, termasuk Palestina. Setelah itu, pada tahun 1072, Fatimiyah kehilangan kendali atas Palestina, dan wilayah itu jatuh ke tangan Kekaisaran Seljuk.
Pada saat yang sama, Khalifah Fatimiyah Al-Hakim bi-Amrillah memang memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus pada awal abad ke-11. Namun, penerusnya, Khalifah Al-Zahir, mengizinkan Kekaisaran Bizantium untuk membangunnya kembali, dan bahkan pada masa berikutnya, penguasa-penguasa Muslim setempat sering kali memperbolehkan peziarah dari Eropa, termasuk Katolik, untuk mengunjungi tempat-tempat suci.
Namun, pada akhirnya, kondisi di daerah perbatasan menjadi tidak bersahabat bagi pedagang dan peziarah Katolik, dan hal ini memicu ketegangan antara dunia Kristen Eropa dan dunia Muslim. Ketidakpuasan tersebut mendorong dukungan besar bagi Perang Salib di Eropa Barat.
Perang Salib sendiri terjadi dalam beberapa periode utama dari tahun 1096 hingga 1271. Perang Salib Ketiga (1189–1192) menjadi salah satu yang paling terkenal, di mana Salahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Yerusalem dari pasukan Salib setelah kemenangan besar dalam Pertempuran Hattin pada tahun 1187. Meskipun pasukan Salib, dipimpin oleh Raja Richard I dari Inggris dan Raja Philip II dari Prancis, berhasil melakukan perundingan damai dengan Salahuddin, Yerusalem tetap berada di bawah kendali Muslim.
Sebagai sebuah konfik, Perang Salib adalah peristiwa sejarah yang sangat direkomendasikan untuk dikaji lebih dalam dari sudut pandang lainnya untuk melahirkan pemahaman baru dan realitas sosial lainnya. Diluar pembahasan tentang perang ini adalah perang agama. [Rafqi]