
Ismailiyah adalah salah satu dari aliran dalam Islam Syiah dan merupakan mazhab dengan jumlah penganut terbesar kedua setelah mazhab Dua Belas Imam (Itsna ‘Asyariah). Sebutan “Ismailiyah” berasal dari penerimaan penganut mazhab ini atas keimaman Isma’il bin Ja’far sebagai penerus dari Imam Ja’far ash-Shadiq, Imam keenam dalam tradisi Syiah.
Sejarah Berdirinya
Mazhab Ismailiyah berdiri pada abad ke-8 Masehi setelah terjadinya perpecahan di antara pengikut Imam Ja’far ash-Shadiq mengenai penerus kepemimpinan (imamah). Mayoritas pengikut memilih Musa al-Kazim, putra ketujuh Imam Ja’far, sebagai Imam ketujuh. Namun, pengikut Ismailiyah meyakini bahwa Isma’il bin Ja’far, putra tertua Imam Ja’far, adalah Imam yang sah, meskipun ia wafat sebelum ayahnya.
Gerakan Ismailiyah mencapai puncak kejayaan politiknya pada abad ke-10 dengan berdirinya Kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara pada tahun 909 M oleh Abdullah al-Mahdi Billah, yang mengklaim sebagai Imam dan khalifah. Kekhalifahan Fatimiyah memainkan peran penting dalam penyebaran ajaran Ismailiyah serta dalam politik dan budaya dunia Islam.
Karakteristik Ajaran
- Kemistikaan dan Esoterisme: Ajaran Ismailiyah menekankan aspek esoterik dari Islam, termasuk kemistikan sifat Imam dan interpretasi simbolis (ta’wil) terhadap Al-Qur’an. Imam dianggap sebagai pemimpin spiritual yang memiliki pengetahuan batin (gnosis) yang tidak dimiliki oleh umat biasa.
- Perbedaan dengan Dua Belas Imam:
- Ismailiyah lebih menekankan kemistikan dan jalan spiritual menuju Allah.
- Mazhab Dua Belas Imam lebih fokus pada aspek lahiriah, yaitu syariah dan sunnah dari Ahlul Bait.
- Peran dalam Filsafat dan Ilmu Pengetahuan:
- Ismailiyah memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan filsafat, ilmu pengetahuan, dan seni selama era Kekhalifahan Fatimiyah.
- Pemikir besar seperti Al-Farabi dan Avicenna (Ibn Sina) terpengaruh oleh jaringan intelektual Ismailiyah. Pemikiran mereka seringkali mengintegrasikan filsafat Yunani dengan doktrin Islam.
Fragmentasi
Setelah jatuhnya Kekhalifahan Fatimiyah pada tahun 1171 M, komunitas Ismailiyah terpecah menjadi beberapa cabang, dua yang paling menonjol adalah:
- Nizari: Cabang yang mengikuti Imam Nizar dan melanjutkan ajaran Ismailiyah hingga sekarang, dengan pemimpin spiritual modernnya adalah Aga Khan.
- Musta’li: Cabang yang mendukung Imam Musta’li, berkembang di Yaman dan anak benua India (seperti komunitas Bohra).
Pengaruh Sejarah
Ismailiyah memainkan peran penting dalam sejarah dunia Islam, baik dalam bidang politik, intelektual, maupun budaya. Selain mendirikan Kekhalifahan Fatimiyah, mereka juga membangun institusi pendidikan seperti Universitas Al-Azhar di Kairo, yang awalnya dirancang untuk menyebarkan ajaran Ismailiyah tetapi kemudian berkembang menjadi pusat pendidikan Sunni. [Rafqi].